Avatar (Sebuah Resensi)

Kalau mendengar kata “Avatar”, mungkin kita langsung teringat dengan salah satu komik dan kartun yang cukup populer yaitu Aang “The Last Airbender” yang menguasai 4 Elemen.

Namun, Avatar yang dimaksud disini bukanlah Avatar Aang, melainkan sebuah tubuh buatan yang direkayasa secara Genetik untuk suku tertentu di Planet tertentu.

Kebetulan saat libur “long weekend”, jadi saya mencoba untuk sedikit bersantai dan beristirahat. Salah satu target utamanya adalah menonton film. Film yang menjadi target utama adalah Avatar ini dan Sang Pemimpi. Karena film ini adalah film animasi, maka saya tidak tanggung-tanggung menontonnya, yaitu mengambil pemutaran film yang 3 Dimensi, agar efek animasinya lebih jelas.

Latar belakang dari Film ini adalah pada tahun 2154. Pada waktu itu, seluruh sumber daya bumi telah habis terkuras, akibat keserakahan manusia. Untuk menemukan sumber daya alam yang baru, maka manusia melakukan eksplorasi kemana-mana, termasuk ke Planet Pandora, yang merupakan bulan dari Planet Poliphemus, satu dari tiga planet gas yang mengorbit bintang Alpha Centauri A, 4.3 Juta Tahun Cahaya dari Bumi

Penambangan di Planet Pandora dilakukan oleh sebuah perusahaan dan untuk mengamankan pelaksaan penambangan, mereka mempekerjakan tentara bayaran yang berasal dari marinir dengan persenjataan yang amat lengkap. Salah satu mantan marinir yang dipekerjakan adalah Jake Sully, seorang marinir handal yang cacat sewaktu bertempur di bumi, Jake tidak mampu menggunakan kedua kakinya dan harus berjalan dengan bantuan kursi roda.

Sebelum lanjut, coba dilihat dulu trailer film ini šŸ™‚

Udara di Pandora tidak dapat dihirup oleh manusia, dan planet ini juga dihuni oleh penduduk lokal yang bernama Na’vi. Sehingga untuk dapat berjalan dan berinteraksi dengan suku tersebut, maka manusia membuat sebuah program yang bernama “Avatar”. Program ini bertujuan untuk membuat tubuh Na’vi yang direkayasa secara genetik dan mampu dikendalikan oleh manusia pada saat mereka tertidur dan terhubung secara mental.

Jake terpilih untuk menjadi salah seorang avatar tersebut, karena saudaranya, Toni, yang merupakan salah seorang peneliti telah meninggal dan avatar yang dimiliki oleh Toni mampu berinteraksi dengan Jake karena kesamaan genetik.

Jake yang keseharian mengalami kecacatan, begitu bahagia, karena dengan tubuhnya yang baru, dia mampu untuk bejalan, berlari, bahkan melompat. Disinilah awal petualangan Jake dimulai.

Tugas utama Jake dengan tubuh avatarnya adalah melakukan kontak dengan Bangsa Na’vi, memata-matai, dan berusaha membujuk mereka untuk meninggalkan rumah mereka, yang berupa sebuah pohon raksasa, karena tepat di bawah pohon tersebut, terkandung material langka dalam jumlah besar, yaitu Unobtainium.


Dalam sebuah kunjungan ke pedalaman planet, Jake terpisah dari rombongan Avatar lainnya karena serangan hewan penghuni planet. Dia akhirnya ditolong oleh Neytiri yang merupakan anak dari salah seorang kepala suku Bangsa Na’vi. Pada awalnya, dia ditolak oleh suku tersebut, namun karena petunjuk dari Dewa yang oleh suku tersebut disebut dengan Eywa, maka Jake diminta untuk mempelajari cara hidup dari Suku Omaticaya dan berusaha untuk memahami hakikat dan tujuan dari suku tersebut.

Berdasarkan perintah itu, maka Jake mulai dilatih oleh Neytiri segala hal menyangkut bangsa Na’vi, termasuk cara bertarung, cara hidup dan bagaimana cara menyatu dengan alam.

Ini adalah sebuah keberhasilan luar biasa bagi misi Jake. Setelah tertidur dalam tubuh Avatarnya, maka Jake segera terbangun dengan tubuh manusianya dan memberikan laporan.

Oleh pimpinan tentara bayaran, Kolonel Miles Quaritch, Jake diberikan kesempatan selama 3 (tiga) bulan untuk bersama-sama dengan suku tersebut dan membujuk mereka untuk meninggalkan rumah pohon yang selama ini mereka tempati sejak berabad-abad, agar manusia dapat merobohkan pohon itu dan melakukan penambangan mineral didasarnya. Apabila dalam waktu 3 bulan dia tidak berhasil, maka kekuatan militer akan dikerahkan untuk memaksa mereka meninggalkan daerah itu.

Jake mulai belajar untuk menjadi seorang Na’vi. Mulai dengan belajar berburu, berjalan diantara dahan dan ranting raksasa, sampai belajar untuk memahami alam. Saat itulah Jake akhirnya mengerti, bahwa Bangsa Na’vi benar-benar meyatu bersama alam. Pohon dan segala yang ada di dalamnya bukan sekedar benda mati, melainkan hidup dan semua menyatu dalam Eywa. Dia mengerti, bahwa bangsa Na’vi tidak membutuhkan api, karena pepohonan sendiri mampu untuk menyala dan memberikan cahaya kepada mereka

Dan akhirnya Jake jatuh cinta pada bangsa ini, termasuk jatuh cinta pada Bangsa Na’vi, suku Omaticaya, bahkan kepada Neytiri. Jake juga berhasil untuk membuktikan dirinya pantas menjadi Na’vi dengan menyelesaikan upacara dan menangkap serta mengendarai Ikran, seekor naga terbang yang menjadi tunggangan suku Omaticaya.

Suatu pagi, setelah waktu 3 bulan berakhir dan Jake masih tertidur, Buldozer raksasa yang dilindungi oleh pasukan manusia mulai bergerak dan menghancurkan daerah Suku Omaticaya. Pada detik terakhir, Jake akhirnya terbangun dan menyerang buldozer tersebut. Namun, serangan dia ditangkap oleh kamera dan oleh Kolonel Miles dia dianggap sebagai pengkhianat bangsa manusia. Jake akhirnya ditangkap dan dipenjara.

Namun, dengan pertolongan beberapa temannya, Jake mampu dibebaskan dan segera mengungsi ke Gunung dan segera bergabung dengan bangsa Na’vi. Dia berusaha memberitahukan mengenai serangan manusia dan dahsyatnya kekuatan militer mereka. Namun, justru Jake yang dianggap sebagai pengkhianat karena tidak memberitahukan hal itu sejak dulu.

Suku Omaticaya menolak untuk pindah dan bersiap berperang

Akhirya saat penyerangan itu tiba. Pasukan helikopter manusia menyerang rumah pohon yang dihuni oleh Suku Omaticaya dan tidak memperoleh perlawanan yang seimbang, karena mereka hanya melawan menggunakan tombak dan panah.

Dengan mudah, pasukan manusia menghancurkan rumah pohon Suku Omaticaya, bahkan dalam serangan tersebut banyak korban dari Bangsa Na’vi, termasuk kepala suku yang merupakan ayah dari Neytiri. Suku Omaticaya akhirnya mengungsi ke Pohon Jiwa (Tree of Soul) yang merupakan pohon utama dan pusat kehidupan di Planet tersebut untuk berdoa.

Jake yang kehilangan kepercayaan dari Bangsa Na’vi mencoba untuk mengembalikan kepercayaan tersebut. Satu-satunya cara adalah dengan mengalahkan dan menaklukkan Ikran terbesar, yang sepanjang sejarah Na’vi hanya dapat dilakukan oleh 5 orang sebelumnya. Jake berhasil, bahkan menjadikan Ikran raksasa tersebut sebagai tunggangannya.

Dengan mengendarai Ikran raksasa, akhirnya Jake memperoleh kepercayaan dari bangsa Na’vi dan bergabung dengan mereka untuk menghalangi manusia. Segera mereka mengumpulkan seluruh suku bangsa Na’vi di seantero planet untuk bersatu dan menghadapi serangan akhir dari manusia.

Beberapa hari kemudian, manusia melakukan serangan massal dengan menggunakan seluruh kekuatan yang ada dengan target utama adalah Pohon Jiwa (Tree of Soul). Mereka mengharapkan, dengan hancurnya pusat kepercayaan bangsa Na’vi maka mereka akan patah semangat dan mudah ditundukkan dan kemudian akan dikuasai.

Namun, gabungan kekuatan seluruh bangsa Na’vi yang dipimpin oleh Jake mencoba menghadang mereka.

Tetapi, gabungan seluruh kekuatan Na’vi tetap tidak mampu mengatasi senjata-senjata berat dan berteknologi tinggi yang dimiliki oleh manusia, dan semakin lama pesawat-pesawat tempur mereka semakin mendekati Pohon Jiwa dan bersiap meluncurkan peledak berkekuatan tinggi.

Apakah akhirnya Pohon Jiwa dan seluruh Bangsa Na’vi akan hancur ? Mari saksikan sendiri film-nya šŸ™‚

Dari skala 1-10, efek film ini adalah 10 alias sempurna. Apalagi saya menggunakan kacamata 3 Dimensi untuk menyaksikannya. Luar biasa melihat kupu-kupu, kunang-kunang yang seakan keluar dari layar, begitu juga efek-efek lainnya. Sutradara amat berhasil menggabungkan peranan manusia nyata dengan efek animasi, sehingga kadang kita lupa yang mana animasi dan yang mana yang nyata.

Kesimpulannya, ini adalah film yang layak tonton šŸ™‚

Resensi lain, bisa dibaca juga di Harian Kompas tanggal 20 Desember ini dan wikipedia.

This entry was posted in resensi and tagged , , , . Bookmark the permalink.

7 Responses to Avatar (Sebuah Resensi)

  1. haerulsohib says:

    wow, sangat menarik, saya kira avatar yang ada di antv, hehehe, ternyata ini sangat istimewa. btw, kaca tiga dimensinya dapat di mana nih? mau juga tuh, mirip ya kayak punyannya Soekarno?, hihihi

  2. Kacamata 3D-nya dipinjamin sewaktu nonton di bioskop kok. Kalau kita nonton film2 yang 3D, maka fasilitas ini sudah disediakan oleh bioskop.

    Kalau di Jakarta, adanya di PIM XXI dan Senayan, juga di Blitz Megaplex. Itu saja sih tempat yang saya tahu, mungkin ada di tempat lain.

  3. rara says:

    wuahahha.. posting ini harus dipasangi spoiler alert šŸ˜€
    bikin resensi juga ah..

    pengen nonton 3D-nya hiks2.. 3D nda ada di Makassar šŸ™

  4. full of spoiler
    (devil)

    tapi karena baca postingan ini jadi ngerti dikit pilem avatar, soalnya saya telat masuknya
    hihihiii…

  5. @rara, bisa jadi bisnis baru tuh, bioskop 3D di Makassar šŸ™‚

    @ntan, hehehe…untung gak diceritain sampai akhir šŸ™‚

  6. Nhie says:

    aaah mau nonton 3D nah

  7. DC says:

    Untuk film dengan biaya sebesar itu memang pantas untuk ditonton šŸ™‚

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.